Lincoln dan Guba
(1985) membedakan paradigma dalam ilmu pengetahuan secara umum dalam dua
kelompok, yaitu paradigma positivisme(positivist)
dan alamiah (naturalist). Pengertian
paradigma menurut Patton, 1978 (dalam Lincoln
dan Guba ,1985) ini adalah :
A
paradigm is a world view, a general perspective , a way of breaking down
the complexity of the real world. As
such, paradigms are deeply embedded in the socialization of adherents and
practitioners: paradigms tell them what is important, legitimate, and
reasonable. Paradigms are also normative, telling the practitioner what to do
without the necessity of long existential or epistemological consideration. But
it is this aspect of paradigms that constitutes both their strength and their
weakness-their strength in that it makes action possible, their weakness in
that the very reason for action is hidden in the unquestioned assumptions of
the paradigm.
Bogdan dan Biklen (1982 dalam Lexy J. Moleong, 1989) menyebut
paradigma sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,
konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Deddy
Mulyana (2003) menyebut paradigma
sebagai suatu ideologi dan praktik suatu komunitas ilmuwan yang menganut suatu
pandangan yang sama atas realitas, memiliki seperangkat kriteria yang sama
untuk menilai aktivitas penelitian, dan menggunakan metode serupa.
Tabel
1. Contrasting Positivism and Naturalist
Axioms
Axioms About
|
Positivism Paradigm
|
Naturalist Paradigm
|
The nature of reality
|
Reality is single,
tangible, and fragmentable
|
Realities are multiple,
constructed, and holistic
|
The relationship of
knower to the known
|
Knower and known are
independent, a dualism
|
Knower and known are
interactive, inseparable
|
The possibility of
generalization
|
Time-and context-free
generalizations (nomothetic statements) are possible
|
Only time-and context
bound working hypotheses (ideo-raphic statements) are possible
|
The possibility of casual
linkages
|
There are real causes,
temporally precedent to or simultaneous with their effect
|
All entities are in a
state of mutual simultaneous shaping, so that it is impossible to distinguish
causes from effects
|
The role of values
|
Inquiry is value-free
|
Inquiry is value-bound
|
Sumber : Lincoln
dan Guba, 1985
Dari
Tabel 1 di atas dapat dilihat perbedaan aksioma paradigma positivisme dan
alamiah. Paradigma positivisme pada umumnya melahirkan metode penelitian
kuantitatif, sedangkan paradigma alamiah melahirkan metode kualitatif. Lincoln
dan Guba (1985) selanjutnya mengemukakan asumsi-asumsi dasar dalam paradigma
alamiah, diantaranya :
Asumsi tentang kenyataan.
Fokus paradigma alamiah
terketak pada kenyataan ganda yang dapat diumpamakan sebagai susunan lapisan
kulit bawang, atau seperti sarang, tetapi yang saling membantu satu dengan
lainnya. Setiap lapisan menyediakan perspektif kenyataan yang berbeda dan tidak
ada lapisan yang dapat dianggap lebih benar daripada yang lainnya. Fenomena
tidak dapat berkonvergensi ke dalam sustu bentuk saja, yaitu bentuk
‘kebenaran’, tetapi berdiverensi dalam berbagai bentuk, yaitu ‘kebenaran
ganda’. Lapisan-lapisan itu tidak dapat diuraikan atau dipahami dari segi
variable bebas dan terikat secara terpisah, tetapi terkait secara erat dan
membentuk suatu pola ‘kebenaran’.Pola inilah yang perlu ditelaaah dengan lebih
menekankan pada verstehen atau
pengertian daripada untuk keperluan prediksi dan kontrol. Peneliti alamiah
cenderung memandang secara lebih berdiverensi daripada konvergensi apabila
peneliti makin terjun ke dalam kancah penelitian.
Asumsi tentang peneliti
dan subyek
Paradigma alamiah berasumsi
bahwa fenomena bercirikan interaktivitas. Walaupun usaha penjajagan dapat
mengurangi interaktivitas sampai ke tingkatan minimum, sejumlah besar
kemungkinan akan tetap tersisa. Pendekatan yang baik memerlukan pengertian
tentang kem ungkinan pengaruh terhadap interaktivitas, dan dengan demikian perlu
memperhitungkannya.
Asumsi tentang hakikat
pernyataan tentang ‘kebenaran’
Peneliti alamiah
cenderung mengelak dari adanya generalisasi dan menyetujui thick description dan hipotesis kerja. Perbedaan dan bukan
kesamaan, yang memberi ciri terhadap konteks yang berbeda. Jadi, jika seseorang
mendeskripsikan atau menafsirkan suatu situasi dan ingin mengetahui serta ingin
mencari tahu apakah hal itu berlaku pada situasi kedua, maka peneliti perlu
memperoleh sebanyak mungkin informasi tentang keduanya (yaitu thick
description) guna menentukan apakah terdapat dasar yang cukup kuat untuk
mengadakan pengalihan. Selanjutnya, fokus pencarian alamiah lebih memberi
tekanan pada perbedaan yang lebih besar daripada persamaan. Perbedaaan yang
kecil pun dirasakan jauh lebih penting daripada persamaan yang cukup besar.
Dengan demikian paradigma alamiah mengacu kepada dasar pengetahuan idiografik, yaitu yang mengarah kepada
pemahaman peristiwa atau kasus-kasus tertentu. Sedang di sisi lain, paradigma
positivisme mengacu pada dasar pengetahuan
nomotetik, yaitu yang mengacu kepada pengembangan hukum-hukum umum.
Fry (1981, dalam
Ahmad Sonhadji, et al, 1996) membedakan secara lebih rinci perbandingan antara
paradigma penenelitian kualitatif dan kuantitatif , seperti dapat dilihat dalam
Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Perbandingan paradigma kualitatif dan kualitatif
Paradigma
Kualitatif
|
Paradidma Kuantitatif
|
Mengajurkan penggunaan metode kualitatif
|
Menganjurkan penggunaan metode kuantitatif
|
Fenomelogisme dan verstehen
dikaitkan dengan pemahaman perilaku manusia dari frame of reference aktor itu sendiri
|
Logika positivisme:”Melihat fakta atau kasual fenomena sosial
dengan sedikit melihat bagi pernyataan subyektif individu-individu”
|
Observasi tidak terkontrol dan naturalistik
|
Pengukuran terkontrol dan menonjol
|
Subyektif
|
Obyektif
|
Dekat dengan data:merupakan perspektif “insider”
|
Jauh dari data: data merupakan perspektif “outsider”
|
Grounded, orientasi diskoveri, eksplorasi, ekspansionis, deskriptif, dan
induktif
|
Tidak grounded,
orientasi verifikasi, konfirmatori, reduksionis, inferensial dan
deduktif-hipotetik
|
Orientasi proses
|
Orientasi hasil
|
Valid: data “real, “rich,
dan “deep”
|
Reliabel:data dapat direplikasi dan “hard”
|
Tidak dapat digeneralisasi:studi kasus tunggal
|
Dapat digeneralisasi:studi multi kasus
|
Holistik
|
Partikularistik
|
Asumsi realitas dinamik
|
Asumsi realitis stabil
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMAKASIH