SELAMAT DATANG DI WEBBLOG SERBA-SERBI INDONESIA TERIMAKASIH SUDAH BERKUNJUNG
PayPal.Me/Techerbandung.

Selasa, 18 Oktober 2011

Fhilosopy of Science tumbuh dari confirmatory theories ( positivism), ke confirmatory theories da theories of explanation ( postpositivisme), dan lebih lanjut ke theories of explanation (postmodenisme).


1.         Fhilosopy of Science tumbuh dari confirmatory theories ( positivism), ke confirmatory theories da theories of explanation ( postpositivisme), dan lebih lanjut ke theories of explanation (postmodenisme).
1.1         Jelaskan Konsep filsafat ilmu dan manfaatnya bagi mahasiswa program pascasarjana filsafat ilmu tersebut diatas.

Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan.
* Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”.
(Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).
        Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
a.       Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
b.      Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
c.       Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982).
Konsep dasar mengenai filsafat ilmu adalah :
1.         Empirisme; Yang berarti pengalaman (empeiria), dimana pengetahuan manusia diperoleh dari pengalaman inderawi.
2.   Rasionalisme; Tanpa menolak besarnya manfaat pengalaman indera dalam kehidupan manusia, namun persepsi inderawi hanya digunakan untuk merangsang kerja akal. Jadi akal berada diatas pengalaman inderawi dan menekankan pada metode deduktif.
3.  Positivisme;Merupakan sistesis dari empirisme dan rasionalisme. Dengan mengambil titik tolak dari empirisme, namun harus dipertajam dengan eksperimen, yang mampu secara objektif menentukan validitas dan reliabilitas pengetahuan.
4.    Intuisionisme. Intuisi tidak sama dengan perasaan, namun merupakan hasil evolusi pemahaman yang tinggi yang hanya dimiliki manusia. Kemampuan ini yang dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap dan unik.
Manfaat mempelajari filsafat ilmu, antara lain:
a.      Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalammengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik
b.  Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan kita.
c.     Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya.
d.    Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan diri sendiri).
e.     Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis,  hingga kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
f.     Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
g.    Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedarmendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagaimitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara itu.Filsafat ilmu membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan dogma.
h.    Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang ilmiah dengan yang tidak ilmiah.
i.     Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu yang ditekuni.
j.     Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu.
k.    Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika,  rasio,pengalaman, dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya

1.2.  Salah satu karakteristik berpikir filsasat adalah komprehensif jelaskan hal itu beri ilustrasi secukupnya dalam bidang keilmuan
            Filsafat senantiasa bersifat menyeluruh atau komprehensif , dalam arti tidak ada satupun yang ada diluar jangkauannya. Jika tidak demikian filsafat akan ditolak dan dikatakan berat sebelah dan  tidak memadai suatu sistem baru dikatakan memadai jika memuat penjelasan tentang semua gejala. Memang salah satu cara untuk mengecam suatu sistem filsafat ialah dengan menunjukan bahwa sistem tersebut merupakan sesuatu yang tidak memperoleh tempat didalamnya jika demikian, maka sistem tersebut perlu diperluas atau ditolak.
Contoh yang baik mengenai sistem kefilsafatan yang berusaha menjadi memadai dan menyeluruh ialah sistem yang dibuat oleh descartes, filsuf perancis pada abad xxvii, Descrates merasa jika ia dapat menemukan suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan dan kemudian dapat membuat deduksi kebenaran yang logis, maka ia dapat menerangkan dunia. Tetapi descrates sendiri menganggap perlu untuk menyakan apakah kebenaran itu ? agar dapat mengenal suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan bila ia mendapatinnya.
1.3. Apa implikasi ontology, epistemology dan aksiologi bagi magister Pendidikan IPS  
a.  Ontology
Ontology adalah pemikiran mengenai yang ada dan keberadaannya. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin, dengan menggunakan kategori kategori seperti : ada atau menjadi, aktualitas atau potensialitas, nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi, kesempuarnaan, ruang dan waktu, perubahan dan sebagainya. Ontology adalah bagaimana kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini ornag diharapkan pada adanya dua macam kenyataan, yaitu kenyataan yang bersifat materi/kebenaran dan kenyataan yang berupa rohani.
Ontology bagi magister pendidikan IPS, adalah bahwa ontology ini merupakan segala sesuatu yang bertalian dengan terbentuknya ilmu.secara rasional harus berdasarkan pada kaidah berpikir yang benar dalam masyarakat., bersifat universal karena memuat kebenaran sampai tingkat umum yang berlaku dimana saja.
b.        Epistemologi
Epistemology dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan.dan merupakan gabungan dua kalimat episteme,pengetahuan dan logos,theory.Epistemologis adalah cabang dari ilmu filsafat Dengan pengertian ini epistemology tentu saja menentukan karakter pengetahuan,bahkan menentukan kebenaran macam apa yang patut diterima dan yang patut ditolak Bila kumpulan pengetahuan yang benar/episteme/diklasifikasi,disusun secara sistematis dengan metode yang benar dapat menjadi epistemology.aspek epistemology adalh kebenaran fakta/kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat diverivikasi atau dibuktikan kembali kebenarannya.
Dengan demikian definisi epistemology adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan,dasar dan pondasi,alat,tolak ukur,keabsahan,validitas dan kebenaran ilmu,makrifat,dan pengetahuan manusia. Asumsi dasar epistemologis –metodologis yaitu bahwa untuk menangkap hakikat segal a sesuatu itu jalannya(Struktur filsafat ilmu Al-Ghazali)
Epistemologi menjelaskan pertanyaan bagaimana
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal muasal, metode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan. Menurut Harold Titus et.l., (1984:187-188) terdapat tiga persoalan pokok dalam bidang epistemologi antara lain: (1) apakah sumber pengetahuan itu? Dari manakah datangnya pengetahuan yang benar itu? Dan bagaimana cara mengetahuinya?; (2) Apakah sifat dasar pengetahuan itu? Apa ada dunia yang benar-benar di luar pikiran kita? Dan kalau ada, apakah kita bisa mengetahuinya?; (3) apakah pengetahuan itu benar (valid)? Bagaimana kita dapat membedakan yang benar dan yang salah?. Secara umum pertanyaan epistemologi menyangkut dua macam, yakni epistemologi kefilsafatan yang erat hubungannya dengan psikologi dan pertanyaan semantik yang menyangkut hubungan antara pengetahuan dengan objek pengetahuan tersebut. Epistemologi meliputi tata cara dan sarana untuk mencapai pengetahuan. Perbedaan mengenai pilihan ontologik akan mengakibatkan perbedaan sarana yang akan digunakan yaitu: akal, pengalaman, budi, intuisi atau sarana yang lain. Ditunjukkan bagaimana kelebihan dan kelemahan suatu cara pendekatan dan batas validitas dari suatu yang diperoleh melalui suatu cara pendekatan ilmiah.
c.         Aksiologi
Aksios=nilai, Logi= ilmu, Aksiologi = ilmu yang mengkaji tentang nilai- nilai . Aksiologi (teori tentang nilai) sebagai filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahuan manusia Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi meliputi nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut sebagai kebenaran kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan fisik materil dan kawasan simbolik yang masing-masing menunjukkan aspeknya sendiri-sendiri. Lebih dari itu, aksiologi juga menunjukkan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam menerapkan ilmu di dalam menerapkan ilmu ke dalam praksis. Pertanyaan mengenai aksiologi menurut Kattsoff (1987:331) dapat dijawab melalui tiga cara. Pertama, nilai sepenuhnya berhakikat subjektif. Ditinjau dari sudut pandang ini, nilai-nilai itu merupakan reaksi-reaksi yang diberikan oleh manusia sebagai pelaku dan keberadaannya tergantung kepada pengalaman mereka. Kedua, nilai-nilai merupakan kenyataan ditinjau dari segi ontologisme namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan diketahui melalui akal. Pendirian ini dinamakan objektivisme logis. Ketiga, nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan, yang demikian ini disebut objektivisme metafisik.
Dalam pendekatan aksiologis ini, Jujun (1986:60) menyebutkan, bahwa pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Dalam hal ini maka ilmu menurutnya dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta kelestarian atau keseimbangan
Aksiologi menjawab:
(1)   untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan
(2)   Bagaimana kaitan antara penggunaan tersebut dengan kaidah moral
(3)   Bagaimana penentuan object yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral
Bagaimana kaitan antara teknok procedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma norma moral
                        Bagi magister Pendidikan IPS dalam menyusun Tesis harus melihat  sumber pengetahuan dan ilmu dari teori-teori yang berhubungan dengan variable yang akan diteliti, aspek kegunaan Tesis itu sendiri baik pembuat maupun bagi orang lain, sehingga pembuat Tesis itu mendapat ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH

DAFTAR SEMUA POSTINGAN

free counters